Senin, 30 September 2013

tips 2 langkah membuat blog terdeteksi google

di bawah ini saya akan paparkan dua langkah bagaimana membuat blog cepat terdeteksi search engine khususnya google. dua langkah agar blog cepat terindek google yaitu dengan mendaftarkan pada webmaster google dan membuat backlink atau link-link yang kembali pada blog kita baik dengan menulis di blog orang lain ataupun melalui sosial media. atau dengan memasukan pada auto backlink seperti di bawah ini

1. daftarkan blog anda di google webmaster
www.google.com/addurl
maka akan tampak gambar di bawah ini:

2. membuat backlink. disini saya hanya akan memaparkan tentang membuat auto backlink yaitu dengan cara membuka situs pembuat auto backlink seperti marketing blog online milik blogger indonesia atau banyak lagi yang lainnya

maka akan muncul gambar

selamat mencoba!

tips membuat label undangan menggunakan excel

berikut saya jelaskan bagaimana membuat label undangan pernikahan dan lain-lain menggunakan microsoft excel

gambar dibawah ini saya buat untuk label undangan dengan merek tom&jery ukuran 103 dan sudah saya pakai ketika membuat undangan label pernikahan.

resep obat tradisional ambeien

amandel biasanya menyerang anak-anak, tapi orang dewasa juga tak luput dari incaran penyakit ini, jika tidak segera di obati amandel akan segera membengkak dan penderita susah bernafas maupun menelan makanan. Obat tradisional untuk penyakit ini ialah:

1. bahan

- 2 buah mengkudu
- madu murni secukupnya

caranya

- buah mengkudu diperas, di saring dan di tambah sedikit air panas
- air perasan di masukan ke dalam gelas lalu di campur dengan madu, aduk sampai rata.
pemakaian

- di minum 3 kali sehari
- caranya minum di pakai berkumur lebih dahulu selama beberapa menit kemudian baru di telan
2. bahan

- jeruk nipis 3 buah, diperas di ambil airnya lalu di beri sedikit kapur sirih di aduk rata.

pemakaian
- di minum menjelang tidur malam selama 3 malam berturut-turut

Kamis, 19 September 2013

antara iman dan amal sholeh

oleh ;KH Miftakhul Akhyar

Iman bukanlah suatu lamunan. Bukan pula hanya hiasan dhohir. Tetapi iman adalah kemantapan dan keyakinan yang ada dalam hati, lalu dibenarkan dengan amal-amal yang nyata. Berbuat baik dengan masyarakat, beretika dengan sesama manusia, dengan melakukan hal-hal yang positif di tengah-tengah masyarakat, gotong royong, saling membantu dlsb. Itu semua merupakan tanda-tanda iman dalam hati, yang harus menjadi dasar dalam kehidupan kita. Jika iman dipisahkan dengan amal, maka terjadi kesesatan, penyelewengan aqidah. Sama halnya dengan aliran-aliran kepercayaan, yang peribadatan mereka hanya cukup dengan keyakinan tanpa ada unjuk secara nyata dalam kehidupan ini. padahal iman harus didemontrasikan dengan amal, begitu pula amal harus didasarkan rasa iman.

Dalam era yang serba modern ini sering kita menyaksikan umat Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya, cenderung mementingkan kepentingan diri sendiri. Ego dan keakuan manusia telah mengalahkan kepentingan bersama. Mereka tidak lagi mempedulikan kepentingan orang lain. Hal ini mungkin saja bisa terjadi karena produk teknologi sudah merambah dari hilir ke hulu, sehingga kebutuhan akan dirinya telah dininabobokkan oleh alat tersebut, seakan tidak lagi membutuhkan orang lain.

Semua itu bisa terjadi lantaran minimnya pengetahuan mereka terhadap esensi makna agama yang mereka yakini sebagai pedoman. Mereka menomorduakan nilai sosial daripada nilai-nilai ubudiyah secara vertikal. Mereka lebih menyukai simbol-simbol daripada esensi nilai-nilai agama. Mereka tampak religius dan agamis, sementara dalam keseharian tidak tecermin ajaran dan nilai-nilai agama.

Sebagai orang yang beragama, sifat-sifat ketuhanan, seyogyanya menjadi cermin jiwa, kaca hati, dan perilaku kehidupan. Untuk mencapai semua itu diperlukan pemahaman agama secara benar dan melaksanakannya dengan konsisten (istiqamah). Hanya dengan itu, kita, mudah-mudahan, tergolong sebagai hamba yang saleh, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Agama bukan untuk dirinya sendiri, tetapi harus berefek kepada orang lain.

Ada sebuah hadis yang bunyinya sebagai berikut : Dari Qosim bin Auf Asy Syaibaani mengatakan, saya mendengar ibnu Umar berkata : Beberapa waktu kami memeluk Islam, kami temukan saudara-saudara kami yang memeluk Islam, mereka telah dianugerahkan keimanan, sebelum pemahaman terhadap Al-Qur’an, mereka dianugerahkan kesadaran, keimanan yang prima sebelum mereka mengerti Al Qur’an. Akhirnya dengan iman itu, mereka mempelajari Al-Quran, mana yang halal, mana yang haram, mana yang perintah, mana yang larangan, dan di mana dia harus berhenti untuk merenunginya, dalam rangka menebalkan iman dan keyakinannya. Tetapi kami juga menemukan ada sekelompok manusia, mereka telah diberi Al-Qur’an, ilmu, sebelum mereka diberikan iman, sehingga ilmu pengetahuan yang tinggi, akhirnya dia membaca Al-Qur’an sejak dari Al Fatihah hingga An Naas khatam, tetapi mereka tidak sedikitpun tahu mana yang halal mana yang haram, mana perintah, mana larangan, mana yang harus berhenti untuk direnungkan, semua menjadi campur aduk tidak jelas, maka kehidupan masa depan mereka akan rontok, dengan goyangan sekecil apapun. Menghadapi prpblema kehidupan, akan tercerabut apa yang ia miliki, kalau semua itu tidak didasari oleh iman yang kokoh.

Betapa banyak ayat Al-Qur’an yang selalu menggandengkan iman dengan amal sholeh. Misalnya surah Al Ashr : yang maknanya : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Surah Saba’ : 37 maknanya : Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka Itulah yang memperoleh Balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga).

Bahkan di dalam Al-Qur’an, banyak juga ayat yang menerangkan tentang iman yang selalu digandengkan dengan amal, termasuk iman juga digandengkan dengan taqwa. Karena taqwa adalah imtitsaalul awaamir, waj tinabun nawaahi (melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi laranganNya). Tentu dalam rangka melaksanakan perintah itu, ada tahapan-tahapan sesuai dengan kemampuan. Maka Al Qur’an menyatakan Ittaqullah mas tatho’tum (bertawalah kepada Allah semampu kalian). Dalam arti sesuai kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu.

Rasulullah SAW bersabda : Sahabat Ibnu Mas’ud r.a. meriwayatkan atu hadits yang dihukumi hadits marfu’ menyatakan bahwa : ada pertanyaan di tengah masyarakat, bagaimana nasib kalian manakala fitnah telah meliputi kalian, berada di mana-mana bagaikan pakaian yang kalian kenakan. Sahabat lain bertanya, kapan itu terjadi? Tanda-tandanya, manakala orang-orang tua tiba-tiba menjadi pikun (fikirannya tidak normal). Anak-anak kecil fikirannya tidak senonoh. Fitnah dianggap sunnah, orang yang meninggalkan fitnah dituding meninggalkan sunnah. Itu terjadi manakala para ulama’ sudah meninggalkan kita, yang muncul adalah orang yang pandai berbicara. Orang yang dipercaya sedikit. Amalan akhirat dibelokkan menjadi urusan dunia, dan ilmu agama dipelajari bukan untuk kepentingan akhirat, tetapi hanyalah untuk meraih kedudukan dan fasilitas.

Syahadat, Makna dan Konsekuensinya

oleh ; K.H Abdurrahman Nafis, Lc

Pintu masuk seorang yang ingin memeluk agama Islam adalah dengan bersyahadat. Hal ini sesuai sabda Rasulullah SAW : Islam dibangun lima pilar, Syahadat, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah. Asyahadu (aku bersaksi). Yang maknanya i’laan (publikasi), Alwa’d (janji), al Iqraar (ikrar), al Qasam (sumpah). Di mana orang yang bersaksi tidak harus melihat obyek apa yang dia ucapkan. Beda dengan usyaahidu yang maknanya menyaksikan, kata ini membutuhkan obyek yang harus dilihat. (QS Ali Imran :18)

An laa ilaaha (bahwa tidak ada Tuhan). Meniadakan semua bentuk tuhan. Tuhan (ilah) adalah semua yang diagungkan, yang ditaati, yang dilebihi dari yang seharusnya. Sehingga, maknanya adalah tiada yang menciptakan, tiada yang memberi rizki, tiada yang menghidupkan dan mematikan, tiada yang dijadikan hakim. Illallah (kecuali Allah). Tiada yang dipertuhankan selain Allah, tidak ada yang kita sembah, selain Allah, tiada yang kita taati selain Allah, tiada yang kita lebihkan kecuali Allah. Inilah yang disebut tauhid uluhiyah. Maka, orang yang sudah mengucapkan syahadat ini, jangan sampai mempertuhankan uang, mempertuhankan jabatan, mempertuhankan pemimpin, karena akan menodai syahadat itu sendiri.

Wa asyhadu anna muhammadan rasulullah (dan aku bersaksi, bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Artinya berjanji, bertekat, meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Tidak ada nabi lagi setelahnya.

Jika seseorang sudah mengucapkan syahadat tersebut, maka dia sudah disebut sebagai seorang muslim, asal memenuhi tiga syarat : iqraarun bil lisaan, wa’tiqaadun bil janaan, wa ‘amalun bil arkaan (diikrarkan dengan lisan, diyakini dengan hati, dan diamalkan dengan anggota badan). Itulah pintu masuk sebagai seorang muslim. Pintu yang paling pokok ketika akan memasuki rumah besar yang bernama Islam. Namun, setelah itu harus dilanjutkan dengan rukun Islam yang lainya yakni shalat, zakat, puasa dan haji. Sehingga diharapkan bisa menjadi mukmin bahkan muhsin. Adapun sikap seorang muslim terhadap orang yang sudah bersyahadat adalah lahuu maa lana wa’alaihi maa ‘alaina (dia mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan kita). Kita harus menghormati seperti saudara kita. Bila bertemu mengucapkan salam, jika dia meminta nasehat, berilah nasehat itu, jika dia sakit, maka jenguklah, bila dia meninggal dunia, berta’ziyah. Jangan sampai mengkafirkan sesama muslim. Bahkan jika dia belum melakukan kewajiban sebagai seorang muslim pun, kita tidak boleh mengganggunya.

Dikisahkan, pada saat berkecamuknya peperangan, antara pasukan muslim dengan pasukan kafir yang memusuhi Islam. Pada saat pasukan kafir terdesak, ada seorang di antara mereka yang sepontan mengucapkan “syahadat”. Anggapan pasukan Islam, dia mengucapkan syahadat itu hanya tipu muslihat saja, agar dibebaskan, dan bisa menyelamatkan diri, sehingga dia langsung dibunuh. Setelah kejadian ini diceritakan oleh Rasulullah SAW, beliau menegur sahabat yang membunuh musuh yang telah bersyahadat tersebut dengan bersabda : “ataqtulu musliman?” (apakah kau membunuh seorang muslim?).”Ya Rasulullah, dia musuh kita, dia kafir, dan dia lakukan itu hanya tipu muslihat saja”, dalih sahabat tersebut. Rasulullah mengulangi lagi sabdanya hingga tiga kali : “ataqtulu musliman?” (apakah kau membunuh seorang muslim?). Begitulah, seseorang walaupun belum melakukan kewajiban sebagai seorang muslim, tetapi sudah mengucapkan dua kalimah syahadat, maka dia sebagai muslim yang hak-haknya sama dengan yang sudah dulu mengucapkannya.

Memang, orang yang setelah mengucapkan dua kalimah syahadat ada beberapa tuntutan, yakni mengerjakan shalat. Shalat adalah tiang agama, barang siapa yang mendirikan shalat, berarti telah menegakkan agama, dan siapa yang meninggalkan shalat, maka dia telah merobohkan agama. Bahkan ada hadits nabi yang menyatakan : Janji aku dengan kamu adalah shalat, orang yang meninggalkan shalat berarti dia telah kafir. Kata “kafir” inilah yang kemudian para ulama’ berbeda pendapat. Menurut Imam bin Hambal menyatakan bahwa orang yang sudah bersyahadat kemudian tidak mengerjakan shalat, maka dia dianggap telah kafir, dan jika meninggal dunia, tidak dirawat secara muslim. Menurun Imam Syafi’i dan jumhur ulama’ membagi kafir itu menjadi dua. Kufrun nikmah (kafir terhadap nikmat Allah) dan kufrul millah (kufur terhadap agama). Islam merupakan nikmat Allah yang diberikan kepada seorang, sehingga jika dia tidak melakukan shalat maka dia termasuk kufrun nikmah, karena tidak mensyukuri nikmat Allah berupa Islam itu. Sehingga, orang yang kufur nikmah dia tetap muslim, tetapi, orang tersebut akan disiksa dengan siksaan yang amat pedih. ( QS Ibrahim : 7). Kafir millah (kufur agama), adalah seseorang yang ingkar terhadap kewajiban Islam. Meyakini shalat tidak wajib, orang Islam cukup syahadat saja, dlsb. orang yagn seperti ini yang sudah tidak dianggap sebagai seorang muslim, dan jika meninggal, tidak dirawat sebagaimana muslim lainnya. Ini yang menurut Imam Syafi’i kafir yang sebagaimana dinyatakan dalam hadits tersebut.